Dunia dikejutkan dengan Kudeta Militer terhadap
Pemerintahan Mursi, yang terpilih secara demokratis dalam Pemilu Mesir tahun
lalu. Barat dan Amerika yang sejak semula mengkampanyekan akan keindahan system
Pemerintahan berazaskan demokrasi, seolah menutup mata dan terkesan membiarkan,
bahkan disinyalir AS memberikan arahan dan restu atas kudeta inkonstitusional
ini.
Yang mengejutkan lagi, ternyata pihak-pihak yang terlibat
secara aktif dalam pesta kudeta yang dimotori militer itu bukan saja
pihak-pihak yang selama ini anti terhadap kubu Islamis yang ditampilkan Mursi.
Partai An-Nur dan syabab Tahrirpun terlihat serius ikut membidani dan
mensukseskan kudeta ini, dan sungguh mengejutkan, dua tokoh penting
keagamaanpun ikut merestui lahirnya kudeta itu, yaitu Syaikh Besar Al-Azhar dan
Uskup Agung Kristen Koptik Mesir.
Kudeta itu dirancang sedemikian rupa untuk menimbulkan
pencitraan kepada public, bahwa memang Mursi benar-benar tamat, dan ide yang
tertuang dalam scenario ini dikampanyekan ke seluruh dunia melalui media yang
sejak awal masih terlihat memiliki hubungan kuat dengan pemerintahan rezim
Mubarak dan respectable terhadap kepentingan AS dan Barat.
Komoditas yang dipasarkan dalam kudeta itu adalah
membentuk pemerintahan baru Mesir bersama yang demokratis dan akomodatif
terhadap seluruh elemen kehidupan di Mesir, yang menjunjung tinggi HAM dan
demokrasi terbuka. Road Map ini
bertujuan memberikan gambaran kepada dunia akan masa depan Mesir paska
kegagalan pemerintahan Mursi dalam masa setahun silam.
Ada sejumlah fakta yang perlu menjadi sorotan tajam atas
kasus dan isu yang diusung dalam kudeta militer itu, setidaknya adalah sebabagi
berikut.
Standart Ganda. Inilah wajah asli dari kemunafikan AS dan
Barat dalam memaknai demokrasi yang mereka pasarkan itu, yaitu demokrasi semu
dalam bingkai, restu, arahan, dan sejalan dengan kepentingan mereka. Ketika
produk dari demokrasi itu tidak sesuai dengan kepentingan mereka, maka mereka
tidak segan segan untuk mengkhianatinya tanpa rasa malu sedikitpun.
Sebenarnya
sikap seperti ini dilakukan oleh AS dan Barat bukan hanya kepada dunia Islam,
tapi kepada Negara atau kekuatan lain yang tak sejalan dengan kepentingan
mereka, baik ditilik dari sudut kepentingan ekonomi, politik, maupun ideology.
Pragmatisme Agenda Politik Rebutan Kue Jabatan. Terkuak
hanya beberapa jam setelah kudeta itu, bahkan masterplan kudeta itu telah
memetakan beberapa pos jabatan tertentu kepada para peserta kudeta, hal ini
persis seperti yang dikeluhkan oleh Partai An-Nur, yang kemudian juga menjadi
pembahasan serius oleh para actor kudeta itu. Bab inipun menjadi isu dominan
yang seru paska kudeta, yang berbuntut perpecahan dalam koalisi peserta kudeta.
Partai An-Nur kemudian menyampaikan pengunduran dirinya (setidaknya pengunduran
diri ketua partainya) dari koalisi peserta kudeta setelah mereka merasa
dikhianati.
Manipulasi Fakta. Informasi yang diterima public Mesir
merupakan dramatisasi dan festivalisasi bebrapa kasus yang telah dimanipulasi,
sehingga mengesankan pencitraan yang buruk terhadap jalannya roda pemerintahan
Mursi. Beberapa Isu itu adalah menyangkut upaya Ikhwanisasi Pemerintahan Mesir
oleh Mursi, Mursi menutup pintu dialog terbukti dengan lahirnya Dekrit
Presiden, kegagalan Mursi dalam mengendalikan perekonomian Mesir, dan kegagalan
Mursi dalam mengendalikan keamanan Mesir, dsb.
Isu inilah yang kemudian
dipublikasikan secara dramatis oleh media, denga memelintir dan mengabaikan hal
yang sesungguhnya terjadi dilapangan. Terhadap isu yang pertama, bahwa adalah
hal yang wajar apabila kemudian anggota parlemen Mesir didominasi oleh kader
ikhwan , karena memang pada kenyataannya mereka memenangkan pemilu secara
mengejutkan dengan perolehan suara hingga 40 % lebih, dan dibidang kementrian
juga adalah hal yang lumrah bila kemudian beberapa jabatan kementrian dipegang
oleh kader ikhwan, sebagai konsekkuensi dari realitas politik dalam dunia
demokrasi.
Mursi dianggap anti dialog/demokrasi, padahal sebelumnya Mursi telah
mengajak para oposisi untuk duduk bersama dalam menyelesaikan kasus yang
berlarut-larut (Penyelesaian kasus hukum Husni Mubarak dan kroninya dalam
pelanggran HAM dan korupsi, yang kemudian ditelikung oleh pihak judikatif;
Pembangkangan terselubung pihak militer, dan mengarah pada kudeta) namun pihak
oposisi menolak, dan kemudian ketika Mursi mengambil langkah berani dengan
mengeluarkan dekrit, dengan tujuan untuk menegakkan supremasi dan kepastian
hukum, maka sejalan dengan itu mereka menyebut Mursi sebagai anti dialog,
otoriter dan menempatkan diri sebagai dictator baru. Ada upaya yang disengaja
untuk mengesankan bahwa Mursi gagal mengendalikan perekonomian Mesir, salah
satunya adalah rekayasa terhadap melambungnya harga BBM.
Upaya ini dilakukan
dengan dua hal, yaitu para kroni Mubarak membeli BBM dalam jumlah banyak dan
menimbunnya tidak untuk dijual, dan disisi lain mereka membocorkan pipa pipa
saluran BBM secara besar-besaran. Untuk kasus ini kemudian Mursi mengambil tindakan
tegas dengan memberikan sanksi pencabutan hak izin kepada mereka yang nakal,
dan mengambil alih operasi SPBU oleh Negara untuk kepentingan rakyat.
Kegagalan
Mursi dalam mengendalikan keamanan ditandai dengan berbagai cara, diantaranya
dengan serangan dan penangkapan terhadap beberapa anggota plisi Mesir,
pemerasan, penyerangan dan penyanderaan terhadap para turis yang berkunjung ke
tempat wisata Mesir. Untuk kasus ini sesungguhnya Mursi telah berhasil
membebaskan tawanan tanpa pertumpahan darah, adalah sebuah prestasi negosiasi
yang sangat baik.
Semestinya public dapat memahami kenyataan sulit yang
menyandera Mursi, bahwa meskipun Ia berkuasa dizaman baru, namun para birokrasi
yang dipimpinnya masih merupakan orang-orang lama, warisan rezim Mubarok yang
bobrok dan tak mau gampang berubah, dan bahkan cenderung melakukan perlawanan
terhadap Mursi dan kebijakannya, dan sangat berpotensi melakukan kudeta.
Kenyataan ini pula yang kemudian menyebabkan banyak hal yang telah direncanakan
Mursi, tak mungkin atau akan sangat sulit dicapainya hanya dalam waktu satu
tahun masa pemerintahannya.
Melihat sisi kenyataan itu, yang sekaligus
merupakan peta kelemahan Mursi, maka pihak oposisi, dan asing, akhirnya
berhasil membujuk rekan koalisi Mursi untuk
bersama-sama militer mengkudeta Mursi, setelah sebelumnya mereka telah
berhasil menciptakan opini dan pembusukan terhadap Mursi dan pemerintahannya
melalui media secara besar-besaran. Bahkan ketika demo kudeta tengah
berlangsung, sesungguhnya masa anti Mursi hanyalah bagian kecil dari masa
pendukung Mursi, namun akibat peran media yang diskriminatif, akhirnya public
dusuguhkan manipulasi data.
Yang lebih mengerikan lagi bahwa kemudian masa anti
Mursi dalam demo mereka melakukan berbagai aksi kemaksiatan, mulai dari mabuk-mabukan,
melakukan tindak criminal, melakukan pengrusakan, pencurian, perampasan,
pemerkosaan terhadap wanita-wanita hanya karena mereka diindikasi pro Mursi,
dan pembunuhan terhadap pendemo pro Mursi secara biadab. Kemudian semua
kenyataan buruk dan biadab yang dilakukan oleh pendemo anti Mursi tersebut,
diberitakan oleh media secara terbalik, yaitu dilakukan oleh anggota Ikhwanul
Muslimin atau oleh pendemo pro Mursi.
Yang lebih menggelikan bahwa beberapa
orang atau jamaah harakah Islamiyyah tertentu karena kecemburuan dan
kebenciannya kepada IM, justru mereka mengimani semua informasi sesat dari
media sesat itu, melebihi kepercayaan mereka terhadap kader IM yang selama ini
terlihat santun, arif, soleh, dermawan, dan demokratis.
Fenomena Pengkhianatan. Ini terlihat jelas pada sikap
Jenderal Abdul Fatah As-Sysisi, perwira muda yang diangkat Mursi untuk
mengamankan kekuasaannya, justru berbalik melakukan kudeta. Pengkhianatan
berikutnya ditandai dengan turut andilnya Partai An-Nur, Kristen Koptik yang
semula menjadi bagian dari koalisi pemerintah, yang kemudian terjun secara
aktif menjadi actor aktif dalam kudeta militer ini. Dan masih ada pihak lain
yang ikut berkhianat, namun tidak berani menampilkan diri secara lugas.
Pembuktian Misi Kejujuran, Ketulusan, dan Kesabaran.
Hikmah lainnya yang juga sangat menarik dari peristiwa kudeta militer terhadap
pemerintahan Mursi adalah agar dunia dan ummat Islam mengetahui, siapa yang
benar-benar berjuang untuk rakyat dan bangsa Mesir, untuk Izzul Islam wal
Muslimiin; dan siapa pula yang munafiq, serta siapa pula yang hanya menggunakan
atau mengatasnamakan Islam untuk kepentingan politik dan kelompoknya sendiri.
Mereka yang keras kepala, merasa paling pintar, merasa paling benar, dan sangat
fanatic terhadap kelompoknya sendiri, dengan aroma ambisinya menebar kebencian,
dan terror dengan menempatkan IM dan Mursi sebagai objek kebencian dan terror
itu, tanpa memandang sisi-sisi positif dan kebaikan mereka. Peristiwa ini
mengingatkan kita akan fenomena kaum Khawarij dimasa awal kenabian, agaknya
mulai hidup dan muncul kembali di masa kini.
IM terus bersabar dalam komitmen
mereka untuk melakukan aksi damai, meski kader-kader mereka dicederai,
difitnah, dan dibantai oleh pendemo anti Mursi dan ditembaki oleh militer
secara brutal. Kudeta ini juga menjadi sebuah peristiwa yang memisahkan antara
mutiara dan imitasi, antara iman dan kemunafikan, antara ketulusan dan ambisi,
dan antara kesabaran dan ketergesaan.
Bahkan yang amat menggelikan, ada
kelompok yang menamakan dirinya Gerakan atau Partai Pembebasan, ulama mereka
menyerukan kudeta karena Mursi bukanlah mewakili Islam dan pemerintahannya yang
berdiri diatas pilar demokrasi adalah batil, yang oleh karena wajib
ditumbangkan sehabis-habisnya, dan kemudian mereka menganggap bahwa menumbangkan
Mursi adalah awal dari misi suci (jihad fi sabilillah) dalam menegakkan
Kekhilafan Islam yang mulia.
Entah Islam yang mana yang sedang mereka
perjuangkan, dan entah kebenaran mana yang sedang mereka usung, yang kemudian
berujung pada peristiwa yang memilukan dan menodai kesucian arti dan makna
Islam itu sendiri. Kudeta itu telah memberi warna dan kemudian telah memisahkan
terhadap pihak yang baik dari pihak yang buruk, membuat polarisasi sesuai ragam
karakter manusia sesuai gambaran Qur’an Surat Al-Baqoroh, kedalam beberapa
ragam kelompok manusia, mulai dari Mukmin, Munafik, dan Kafir.
Tentu masih banyak Hikmah lainnya yang tidak dapat
penulis ungkap dalam tulisan ini, semoga ada manfattnya. Wallaahu a’lam
bish-showab.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/12/36646/hikmah-di-balik-kudeta-mursi/#ixzz2YosUPWWP