Inilah beberapa pelajaran berharga dari kudeta militer
mesir terhadap Presiden Mohammad Mursi.
Pelajaran Pertama. Pertarungan abadi antara al haq dan al
batil, serta junudul haq dan junudul batil.
Ikhwah fillah a’azzaniyallah wa iyyakum …
Ini adalah hakikat yang tidak terbantahkan, bahwa
keduanya tidak akan pernah akur, kecuali hudnah dalam waktu yang sesaat. Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah mengajarkan, Bani Khuzaah yang pernah memberikan pertolongan kepada
perjuangan Beliau pun akhirnya berkhianat hingga menghasilkan perang Khandaq.
Basa basi yang mereka lakukan di hadapan Islamiyyun
(aktifis muslim), hanyalah permen manis untuk melenakan kita agar terlupa atas
kejahatan dan makar-makar mereka yang lalu, sekarang, dan akan datang. Maka,
jangan pernah melupakan madah tarbiyah: “Ash Shiraa’ bainal haq wal baathil”
Pelajaran Kedua. Musuh-musuh da’wah bersatu walau mereka
juga mengalami friksi.
Ikhwah fillah …
Ini pelajaran kedua, yang begitu terang benderang. Al
Kufru millatu waahidahi. Apa pun baju dan merk mereka, walau mereka juga
terjadi perpecahan, mereka mampu melupakan perselisihan di antara mereka
sendiri demi menghalau musuh mereka bersama; aktifis muslim. Jika sudah
selesai, maka mereka akan berselisih kembali.
Tahsabuhum jami’an wa quluubuhum syatta … kamu menyangka
mereka bersatu padahal hati mereka berpecah belah.
Baik itu liberal, sekuler, zionis Yahudi, dan Salibis,
baik di Indonesia, Mesir, AS, Uni Eropa, dan lainnya … sama saja!
Pelajaran Ketiga. Tidak padunya sesama aktifis muslim
Perhatikan nasihat Rabbani ini:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ
كَبِيرٌ
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak bersatu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al
Anfal: 73)
Sungguh disayangkan, ketika Presiden Muhammad Mursi
dikudeta, justru Hizbun Nuur (Salafi), Raja Abdullah dari Arab Saudi, dan yang
semisal mereka malah mendukung penggulingan itu, bahkan memberikan selamat
kepada presiden baru.
Padahal ini bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah wal
Jamaah yang melarang memberontak kepada pemimpin yang sah lagi shalih. Bukankah
ini yang selalu mereka dengungkan, bahkan mereka menyebut khawarij bagi para
pelaku bughat?
Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:
وأما النصيحة لأئمة المسلمين فمعاونتهم على الحق وطاعتهم فيه وأمرهم به
وتنبيهم وتذكيرهم برفق ولطف وإعلامهم بما غفلوا عنه ولم يبلغهم من حقوق المسلمين
وترك الخروج عليهم وتألف قلوب الناس لطاعتهم قال الخطابي رحمه الله ومن النصيحة
لهم الصلاة خلفهم والجهاد معهم وأداء الصدقات إليهم وترك الخروج بالسيف عليهم إذا
ظهر منهم حيف أو سوء عشرة وأن لا يغروا بالثناء الكاذب عليهم وأن يدعى لهم بالصلاح
وهذا كله على أن المراد بأئمة المسلمين الخلفاء وغيرهم ممن يقوم بأمور المسملين من
أصحاب الولايات وهذا هو المشهور وحكاه أيضا الخطابي ثم قال وقد يتأول ذلك على
الأئمة الذين هم علماء الدين وأن من نصيحتهم قبول ما رووه وتقليدهم في الأحكام
وإحسان الظن بهم
“Ada pun nasihat untuk para imam kaum muslimin adalah:
dengan membantu mereka di atas kebenaran, mentaati mereka, memerintahkan mereka dengan ketaatan, dan memperingatkan mereka dengan cara lembut
dan santun, memberitahu mereka ketika
mereka melalaikan hak kaum muslimin, tidak memberontak, dan menyatukan hati kaum muslimin untuk
mentaatinya.
Berkata Al Khathabi Rahimahullah: diantara bentuk nasihat
untuk mereka adalah: shalat di belakang mereka, jihad bersama mereka,
menunaikan zakat, tidak memberontak dan mengangkat senjata jika melihat adanya
kezaliman pada mereka atau perilaku yang buruk, tidak mempardayai mereka dengan pujian-pujian
dusta, dan mendoakan mereka dengan kebaikan.
Semua ini nasihat bagi para imam kaum muslimin dalam pengertian para khalifah
dan selain mereka yang mengurusan urusan kaum muslimin, dari kalangan para
penguasa. Inilah yang masyhur. Ini juga dikatakan oleh Al Khathabi. Kemudian
dia berkata: ada juga yang metakwil bahwa pemimpin di sini adalah para ulama,
dan nasihat bagi mereka adalah dengan menerima
pandangan mereka, mengikuti mereka dalam masalah hukum, dan berbaik
sangka kepada mereka.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/38-39)
Jangan sampai hanya karena presidennya dari Ikhwanul
Muslimin, maka pemberontakan dan penggulingan adalah sah! Tidak peduli dia
shalih atau tidak, berprestasi atau tidak, pokokya dari Ikhwan, maka boleh
digulingkan …
Ada juga yang diam, tidak peduli, bahkan masih mencibir
dan sinis karena Mursi adalah presiden terpilih melalui proses demokrasi yang
kufur kata mereka … Wallahul Musta’an wa Ilahi Musytaka!
Pelajaran Keempat. Pentingnya kekuatan media
Di dalam negeri, kita dibombardir berita demonstrasi anti
Mursi, seakan mereka mendominasi di sana. Padahal mereka –liberal, sekuler, dan
salibis- adalah tirani minoritas. Bahkan memelintir berita adalah halal bagi
mereka. Merubah hakikat peristiwa adalah biasa saja ….. walau itu zalim!
Fabaddalal ladziina zhalamuu qaulan ghairalladzi qiila
lahum … dan orang-orang zalim itu merubah kata-kata yang tidak dikatakan kepada
mereka ……
Sebaliknya, aksi dukungan untuk Mursi sepi pemberitaan.
Mereka tidak tertarik memberitakannya, walau aksi dukungan tersebut jauh lebih
besar. Kenapa mereka tidak tertarik? Apakah juga karena ideologi yang berbeda?
Ini pun juga dialami oleh aktifis muslim di Indonesia.
Jika memang begitu, apakah belum cukup alasan bagi
aktifis Islam untuk memiliki Media sendiri? Jangan satu, buatlah seribu …..!
Kita memiliki banyak SDM dan kekayaan, dan mampu untuk itu, tapi maukah?
Pelajaran Kelima. Pentingnya menda’wahi militer
Ya! Mereka adalah bagian dari mad’u kita. Bukan musuh,
mereka punya moncong senjata kita punya fikrah. Paduan keduanya adalah kekuatan
untuk menjaga agama dan teritori. Oleh karenanya Al Ustadz Hasan Al Banna pernah
mengatakan bahwa di antara Syumuliatul Islam adalah Akhlaq wa Quwwah – akhlak
dan kekuatan. Semua ini agar moncong mereka tidak diarahkan kepada aktifis
muslim apalagi jamaah shalat. Melainkan kepada musuh-musuh Islam dan kaum
muslimin.
Pelajaran Keenam. Sabar tiada henti
Inilah jalan da’wah, apa yang dialami oleh Ikhwanul
Muslimin dengan berbagai sejarah panjang penyiksaan, penangkapan, pengusiran,
dan pembunuhan yang mereka alami, baik di Mesir, atau di negara lain, dulu dan
sekarang, adalah pengulangan apa yang dialami oleh Junudul Haq generasi
pertama. Fa’tabiruu yaa ulil abshaaar!
Wallahu A’lam
Farid Nu'man Hasan