Selepas SMU kami tidak pernah ketemu lagi, karena
melanjutkan pendidikan pada universitas berbeda. Sampai pada suatu ketika di
tahun 2005, dua tahun setamat SMU. Dari jauh kuperhatikan, seakan tidak percaya
bahwa itu adalah dia. Seketika lisanku bergumam, “Subhanallah, tidak salah
lihatkah mata ini?”.
Betapa tidak, sewaktu SMU jangankan memakai kerudung
lebar dan syar’i seperti ini, berjilbabpun tidak. Rata-rata temannya laki-laki.
Pacaran menjadi hal lumrah baginya. Namun kutahu dan sangat yakin bahwa dia rajin
sholat.
Beberapa bulan setelah itu barulah aku benar-benar yakin,
bahwa perempuan yang pernah kulihat itu memang dia. Ketika itu aku mau pulang
kampung ke Bukittinggi, naik tranex di Ulang Karang, Padang-Sumatera Barat.
Saat sampai di pool, tanpa diduga aku kembali melihatnya mengenakan pakaian
yang begitu sopan dan rapi, jilbabnya yang lebar itu menutupi seluruh tubuhnya.
“Subhanallah, ternyata ia memang sudah betul-betul berubah. Dia yang kini
bukanlah dia yang dulu,” hatiku bertasbih.
Ketika itu ia juga sedang menunggu bis sambil membaca
sebuah buku. Saat kuperhatikan, buku bersampul putih kombinasi biru yang tengah
ia baca itu kebetulan juga ada di dalam tasku. Aku lupa judulnya. Kuheran, “kok
bisa sama?” Yang jelas itu tidak terlepas dari skenario Allah Subhanahu Wa’
Ta’ala. Terakhir kuketahui, bahkan sekadar untuk memajang photo sebagai PP
Facebook pun ia enggan. Semenjak saat itulah aku semakin sadar bahwa hidayah
Allah itu tidak terbatas.
Jadi jangan berbangga diri dengan kesholehah diri kita, dengan
menganggap orang lain begitu hina. Karena bisa jadi seorang yang saat ini kita
lihat penuh maksiat, bergelimang dosa, suatu saat Allah bukakan hatinya untuk
menerima hidayah. Dia bertobat dan Allah terima tobatnya. Dan juga tidak
tertutup kemungkinan seorang yang saat ini begitu taat beribadah, shalatnya
selalu berjamaa’h, rajin puasa sunnah, suatu saat Allah cabut hidayah itu dari
hatinya karena adanya kesombongan dan sum’ah di dalam dirinya. Allah memberikan
hidayah bagi siapa yang Dia kehendaki dan mencabut hidayah dari siapa yang
dikehendaki-Nya.
Semoga Allah berikan keistiqomahan kepada hati kita,
sehingga betapapun kuatnya godaan dunia, kita dapat menangkisnya dengan baik,
Aamiin…
Muhammad Abrar
sumber:dakwatuna.com