Oleh: Ustadz
Achmad Rofi’i, Lc.M.Mpd.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى,
Dalam pertemuan kali ini, kita mencoba untuk memaparkan
perkara yang termasuk penting bagi penyadaran ummat ini, berkenaan dengan apa
yang menjadi musuh Allah سبحانه وتعالى
dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم; supaya kita bisa
menjaga diri dan berhati-hati, dan pada akhirnya adalah agar kita selamat.
Karena kaum Muslimin terkadang lalai (lengah), seperti mereka itu tidak
merasakan sesuatu, padahal bisa jadi mereka telah menjadi korban, yang dapat
membahayakan dirinya di dunia dan di Hari Akhir. Oleh karena itu, hendaknya
kita waspada. Satu sama lain saling mengingatkan dan saling bergandeng-tangan
menuju cinta dan ridha Allah سبحانه وتعالى.
Dengan demikian, judul bahasan kali ini adalah “Yahudi
dan Percaturan Dunia”. Namun demikian, judul ini insya Allah tidak akan keluar
dari koridor Syar’ie, dan bukanlah sekedar berupa wawasan saja.
Seperti halnya orang yang bermain catur, maka dalam
permainan itu ada maju, mundur, langkah ke samping kiri atau ke samping kanan.
Ada yang menjadi raja, ada yang menjadi tentara (pion), ada yang menjadi
benteng, ada perdana menteri-nya dan seterusnya. Dan kenyataan yang ada di
dunia ini adalah kita (kaum Muslimin) dipermainkan antara lain oleh Yahudi.
Kita mendengar berita setiap hari, khususnya orang-orang Palestina dimana
negara mereka dicaplok oleh Zionis Israel. Dan dimana orang-orang Palestina
setiap saat, mulai dari bayi-bayi, remaja, laki-laki ataupun perempuan, dewasa
ataupun orang-orang lanjut usia, setiap hari mereka menjerit. Hanya saja kita
tidak mendengar. Bahkan darah mereka tertumpah semau Zionis Israel. Itu terjadi
setiap hari, dan setiap hari berjatuhan korban.
Saat ini kita mengatakan “Itu kan terjadi di sana
(Palestina)”, tetapi wahai kaum Muslimin, tidak sedikit dari kalangan kita yang
mengatakan bahwa “Bisa saja kejadian seperti mereka itu akan terjadi di negeri
kita Indonesia; atau sedang dalam proses menuju ke negeri kita”. Mengapa kita tidak berwaspada?
Sudah disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah (2)
ayat 120 dan 217. Bila kita pahami ayat-ayat tersebut, maka kita akan tahu
berita dari Allah سبحانه وتعالى kepada kita tentang
perilaku Yahudi itu.
Perhatikanlah firman Allah سبحانه
وتعالى dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 120 berikut ini:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ
وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ
الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ
مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Artinya:
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Jadi yang menjadi target mereka adalah: Bagaimana kita
mengikuti (mengekor) mereka. Kalaupun kita tidak pindah ke agama mereka, tetapi
yang penting adalah agar kita mengikuti mereka. Dalam ayat tersebut ada ancaman
Allah سبحانه وتعالى, bahwa siapa yang
tetap mengikuti hawa nafsu mereka (Yahudi dan Nashrani), maka ia tidak berhak
mendapatkan perlindungan dan pertolongan dari Allah سبحانه
وتعالى.
Itulah berita dari Allah سبحانه
وتعالى, dan ayat tersebut sering diulang-ulang dalam Al Qur’an. Tetapi
bukan seringnya diulang, melainkan marilah kita aplikasikan apa bentuk
konkretnya dari kita mengerti dan memahami seringnya diulang ayat tersebut.
Bukan saja sekedar kuantitas, tetapi juga secara kualitas.
Kemudian perhatikanlah firman Allah سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 217 berikut
ini:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ
الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللّهِ
وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ
عِندَ اللّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلاَ يَزَالُونَ
يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن
يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)
di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Itulah Yahudi dan Nashrani, mereka tidak pernah akan
berhenti sampai Hari Kiamat, selama hayat masih dikandung badan, maka mereka
tidak pernah berhenti memerangi kita ummat Islam. Dan barang siapa yang murtad
karena pengaruh mereka, maka gugurlah amalannya di dunia dan di Hari Akhirat
nanti, serta akan menjadi penghuni neraka selamanya. Na’uudzu billaahi min
dzaalik.
Hendaknya kita punya rasa takut dengan ancaman Allah سبحانه وتعالى
tersebut. Ayat itu memberikan pemahaman kepada kita (ummat Islam) bahwa
kita ini semestinya dan harusnya sadar bahwa di sekeliling kita ini banyak
tantangan. Jangan terlena, karena target mereka (Yahudi dan Nashrani) itu
adalah agar : Ummat Islam musnah atau menjadi kaafir !
Untuk istiqamah tidaklah mudah, maka dipilihnya tema
kajian ini adalah karena adanya 3 alasan yang menjadi latar belakang, yakni:
1. Agar kita (Ummat Islam) berhati-hati dan waspada. Yang
kewaspadaan itu telah disinyalir oleh Allah سبحانه
وتعالى (seperti dalam surat Al Baqarah (2) ayat 120 di atas),
berkenaan dengan Yahudi dan Nashrani.
2. Kita harus selalu ingat (sadar) bahwa mereka (Yahudi
dan Nashrani) selalu mengintai kita. Sehingga membahas tentang masalah ini
adalah merupakan upaya agar kita bisa istiqamah.
Di dalam do’a yang diriwayatkan oleh Imaam At Turmudzy
dalam Sunan-nya no: 2140 dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany,
dari Shahabat Anas bin Maalik رضي الله عنه,
beliau berkata bahwa adalah Rasulullah صلى الله عليه
وسلم memperbanyak do’a berikut ini:
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik”
(Wahai Yang membolak-balikkan hati, teguhkan dan
tetapkanlah hatiku diatas dien-Mu),
Maka, cara agar kita teguh adalah dengan selalu ingat,
sadar dan waspada bahwa mereka (Yahudi dan Nashrani) selalu mengintai kita.
3. Upaya mengetahui kejelekan (kejahatan) Yahudi ataupun
Nashrani ini, adalah agar kita bisa menyikapinya. Hendaknya kita mengambil
pelajaran dari perkataan Shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه dalam suatu Hadits yang panjang,
sebagaimana diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhary no: 3606 berikut ini:
عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ
يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ
يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ
فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ
قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ
وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي
تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ
قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا
قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ
جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ
أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ
الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Artinya:
Dari Hudzaifah bin Al Yamaan رضي
الله عنه berkata, “ Orang-orang bertanya pada Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya
tentang kejahatan, karena takut hal itu menimpaku.”
Maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dulu
kita berada dalam kejahiliyahan (kebodohan) dan kejahatan, lalu Allah datangkan
pada kami kebaikan (–Islam –pent) ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan
datang kejahatan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم
menjawab, “Ya.” Aku bertanya lagi,
“Apakah setelah kejahatan itu akan muncul lagi kebaikan?” Beliau صلى الله عليه
وسلم menjawab, “Ya. Tetapi di dalamnya terdapat noda.” Aku bertanya lagi, “Noda apakah itu?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yaitu suatu kaum yang
berpedoman bukan dengan pedomanku. Kamu tahu dari mereka dan kamu ingkari.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apakah setelah kebaikan itu akan
muncul lagi kejahatan?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Yaitu para da’i (penyeru)
kepada pintu-pintu jahannam. Maka barangsiapa yang memenuhi panggilan mereka,
niscaya mereka akan mencampakkannya pada jahannam itu.”
Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, gambarkanlah kepada
kami tentang mereka.”
Lalu beliau صلى الله عليه وسلم
menjawab, “Mereka adalah dari kalangan kita. Berkata dengan bahasa kita.”
Aku bertanya, “Apa yang kau perintahkan padaku, jika hal
itu menimpaku?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Berpegang teguhlah dengan
jama’ah muslimin, dan Imaam mereka (– kelompok yang berpegang teguh dengan Al
Haq – pent).”
Aku bertanya, “Jika mereka tidak punya jama’ah dan tidak
punya Imaam?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Maka tinggalkan semua golongan
itu, walaupun kamu harus menggigit akar pohon sampai kamu mati, sedangkan kamu
berada dalam keadaan demikian.”
Oleh karena itu, upaya kita mempelajari tentang kejahatan
Yahudi ataupun Nashrani, dimana mereka itu berperan dalam percaturan dunia di
zaman sekarang ini adalah agar kita berhati-hati. Jangan-jangan bidikan mereka
itu ditujukan kepada kaum Muslimin, antara lain kita kaum Muslimin di Indonesia
ini. Jangan sampai kita lengah dan menjadi sasaran mereka.
Sebagai Muqaddimah, dengan ini disampaikan bahwa:
1. Pemilihan itu adalah Hak Allah سبحانه وتعالى.
Siapa yang dipilih menjadi Rasul atau tidak menjadi Rasul,
itu adalah Hak Allah سبحانه وتعالى.
Kenapa Muhammad صلى الله عليه وسلم
yang dipilih menjadi Rasul terakhir, dan bukan dari kalangan Bani Isra’il, itu
adalah Hak Prerogatif Allah سبحانه وتعالى.
Bukan kehendak manusia dan bukan hak manusia !
Sementara itu, Yahudi sangatlah dengki (iri) terhadap hal
ini, sehingga bahkan di Internet adaprogram Anti Arabisasi.
Padahal semua orang tahu bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah orang Arab (suku Quraisy) dan Al
Qur’an adalah berbahasa Arab. Demikian pula, penjelasan tentang Al Qur’an dan
As Sunnah pun adalah dengan berbahasa Arab.
Sehingga ketika dikatakan “Arab”, maka yang dimaksud
adalah Islam. Dan program Anti Arabisasiitu yang dimaksud adalah program Anti
Islam. Oleh karena itu, hendaknya kita mulai sadar akan hal ini, jangan mudah
termakan oleh propaganda musuh-musuh Allah سبحانه
وتعالى.
Dalil bahwa Pemilihan Rasul itu adalah Hak Allah سبحانه وتعالى, adalah sebagaimana firman-Nya dalamQS. Al
Hajj (22) ayat 75 :
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ
الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya:
“Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari
manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Jadi, Rasul adalah dipilih oleh Allah سبحانه وتعالى. Lalu kita mengetahui tentang adanya
Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Malakul-maut, Munkar-Nakir; maka itu semua
adalah Allah سبحانه وتعالى yang memilihnya. Kita tidak boleh membantah.
Selanjutnya dari kalangan manusia, maka Allah سبحانه وتعالى itu memilih Nabi Adam عليه السلام untuk menjadi manusia yang pertama. Lalu
nabi-nabi dan Rasul dipilih dari kalangan Bani Isra’il ataupun dari kalangan
Arab; maka itu semua adalah karena Allah سبحانه وتعالى
yang memilihnya.
Tentang ayat tersebut di atas (Surat Al Hajj (22) ayat 75),
maka para ‘Ulama Ahlus Sunnah menjelaskannya sebagai berikut:
Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله
mengatakan bahwa : “Allah سبحانه وتعالى memberitahukan bahwa Allahسبحانه وتعالى
memilih dari kalangan malaikat, utusan-utusan, sesuai dengan apa yang
Allah سبحانه وتعالى kehendaki. Dan kehendak itu adalah sesuai
dengan kekuasaan Allah سبحانه وتعالى.
Juga dari kalangan manusia, maka Allah سبحانه وتعالى memilih untuk menyampaikan risalah-Nya.
‘Sesungguhnya Allah سبحانه
وتعالى Maha Mendengar dan Maha
Melihat’, maksudnya adalah bahwa Allah سبحانه وتعالى itu Maha Mendengar atas perkataan hamba-Nya.
Maha Melihat terhadap mereka, dan Maha Mengetahui siapa yang berhak untuk
dipilih-Nya dari kalangan mereka. Dan Allah سبحانه
وتعالى Maha Mengetahui siapa
yang berhak menjadi Rasul atau pemegang risalah, sebagaimana firman-Nya dalam QS.
Al An‘aam (6) ayat 124.”
Perhatikanlah firman Allah سبحانه
وتعالى dalam QS. Al An’aam (6) ayat 124 tersebut:
وَإِذَا جَاءتْهُمْ آيَةٌ
قَالُواْ لَن نُّؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللّهِ اللّهُ
أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُواْ صَغَارٌ
عِندَ اللّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُواْ يَمْكُرُونَ
Artinya:
“Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka
berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa
dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah“. Allah lebih
mengetahui dimana Dia menempatkan tugas keRasulan. Orang-orang yang berdosa,
nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan
mereka selalu membuat tipu daya.”
Kemudian, Al Imaam Al Baghowy رحمه
الله mengatakan bahwa: “Allah سبحانه وتعالى memilih utusan-utusan-Nya dari Malaikat. Dan
dari kalangan manusia, Allah سبحانه وتعالى memilih para Nabi dan Rasul, misalnya: Nabi
Ibrahim عليه السلام, Nabi Musa عليه السلام, Nabi ‘Isa عليه السلام
dan Nabi Muhammadصلى الله عليه وسلم
dan para nabi lainnya, yang Allah سبحانه وتعالى turunkan kepada mereka; dan itu adalah
ditengah-tengah orang-orang musyrikin. Maka Allah سبحانه
وتعالى memberitahukan bahwa
pemilihan itu adalah atas kehendak-Nya terhadap makhluk-Nya. Dan Allah سبحانه وتعالى
Maha Mendengar perkataan mereka dan Mengetahui apa yang Allah سبحانه وتعالى
pilih dari Rasul-Nya.”
Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di رحمه
الله mengatakan bahwa: “Ketika Allah سبحانه
وتعالى menjelaskan kesempurnaan-Nya dan lemahnya berhala, dan bahwa
yang berhak diibadahi hanyalah Allah سبحانه وتعالى;
maka berikutnya Allah سبحانه وتعالى menjelaskan keadaan Rasul dan perbedaan para
Rasul itu dengan makhluk lainnya. Yang membedakan mereka para Rasul itu adalah
keutamaan mereka.
Allah سبحانه وتعالى memilih diantara Malaikat dan manusia sebagai
utusan-utusan, agar mereka menjadi yang terbersih diantara manusia dan diantara
malaikat. Termasuk bahwa mereka itu adalah yang mengandung sifat-sifat yang
sangat terpuji dan berhak untuk dijadikan pilihan Allah سبحانه وتعالى. Maka para Rasul itu tidak bisa menjadi
Rasul, kecuali karena mereka itu menjadi makhluk pilihan Allah سبحانه وتعالى secara mutlak.”
Dalam Surat Al Qashash (28) ayat 68, Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ
وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ
Artinya:
“Dan Robb-mu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka*. Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”
*] Bila Allah سبحانه وتعالى
telah menentukan sesuatu, maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi dan
harus mentaati dan menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah سبحانه وتعالى.
Selanjutnya, nanti akan kita lihat bahwa mereka (Yahudi)
itu, bukan saja mengatur manusia, tetapi bahkan para Nabi dan Rasul-pun hendak
mereka atur. Bahkan Allah سبحانه وتعالى
pun hendak diperintah oleh mereka. Maka ummat yang congkak adalah Yahudi,
sebagaimana hal ini telah diberitakan oleh Allah سبحانه
وتعالى, yang dalil-dalilnya insya Allah akan kita bahas berikutnya.
Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di رحمه
الله mengatakan bahwa : “Merupakan kehendak Allah سبحانه وتعالى lah
misalnya bahwa Allah سبحانه وتعالى memilih makhluk-Nya di darat. Kenapa si Fulan
dipilih atau tidak dipilih. Perkara tertentu, waktu dan tempat tertentu;
semuanya itu adalah Hak Prerogatif Allah سبحانه وتعالى.”
Dalam kajian kita tahun yang lalu, pernah kita bahas
sedikit tentang Yahudi dan bagaimana menyikapinya. Namun kali ini, coba kita
pertajam bahasan kita, termasuk antara lain yang hendaknya kita sadari adalah
bahwa Handphone (HP) kita bisa menjadi “panah” (sarana) bagi kaum Yahudi untuk
menjauhkan kaum Muslimin dari Allah سبحانه وتعالى.
Bahkan permainan anak-anak kita yang “kecanduan” dengan teknologi – dan hampir
kita semua yang punya anak bisa merasakan hal ini – maka hendaknya kita
waspada. Bayangkan saja, hampir semua anak sekarang punya HP. Bila seorang anak
diberi HP yang sedikit canggih, maka anak itu akan bisa chatting, SMS, atau
internet-an atau facebook-an kemana-mana; dimana hal tersebut merupakan sarana
yang sangat empuk untuk berma’shiyat pada Allah سبحانه
وتعالى, sementara basic (modal) aqidah dan dien anak-anak itu
sangat-sangat lemah. Lalu menghadapi sekian banyak tantangan (ma’shiyat zina,
musik dsbnya), maka jangankan si anak, bahkan orangtuanya pun ikut terjerumus.
Na’uudzu billaahi min dzaalik.