Selasa, 16 April 2013

Cinta tulus Zahra untuk PKS

Aku masih termangu saat senja mulai berganti gelap, pikiranku melayang tepat 12 tahun silam. Di sana kudapati seorang bocah cilik yang beranjak remaja, lasak dan super aktif. Bocah itu adalah aku.. ya aku 12 tahun silam, dengan celana biru, baju kurung dan jilbab bulat yang menutupi diri. Itu awal pertemuan ku dengan “dia” sekaligus menjadi perjalanan awal cintaku dengan komunitas ini. Wanita anggun luar biasa itu telah mencuri hatiku. Namanya “Dona Hardiana Srg, S.Ag”, aku jatuh cinta dengan akhlaknya.
Wanita itu adalah wali kelas sekaligus guru matematikaku di SMP, wajahnya taklah secantik artis papan atas tapi parasnya seolah bercahaya. Aku mengagumi segala hal pada dirinya, cara berpakaiannya yang terkesan asing, suara lembutnya namun tegas, dan hal yang paling ku suka adalah menatap matanya karena di situ ku temukan ketenangan jiwa.
Aku yang dulu seorang gadis kecil hanya tahu kalau beliau adalah salah satu kader PKS (dahulunya PK). Kuketahui itu dari qur’an kecil yang selalu ia baca seusai dzuhur di mushola sekolah, sampulnya berstikerkan logo yang bertuliskan Partai Keadilan (diam-diam aku ini adalah pemerhati yang baik, mungkin ia tak sadar sering ku perhatikan). Saat itu, entah mengapa aku mulai penasaran dengan singkatan PK.

Aku semakin mengaguminya ketika ia menawarkan undangan talkshow remaja yang berjudul “Gaul pake jilbab??? Siapa takut??? “ sanking senangya ditawarin talkshow bahkan setelah 9 tahun aku masih ingat dengan even ini. Di talkshow ini kembali ku merasa takjub, jilbab menjuntai itu tak hanya ku lihat di diri wanita hebat itu, tapi juga melekat pada para panitia acara, merasa berada diantara bidadari bumi. Dan kebetulan saat talkshow tersebut aku menjadi yang terpilih menjawab pertanyaan sang pemateri namanya kak Erna (tuhkan masih ingat juga ^_^), dan akhirnya aku bisa foto dan salaman langsung dengan pematerinya sekaligus dapat bingkisan hehe.
Saat itulah aku semakin cinta, cinta pada keindahan islam yang mereka tawarkan dan entah mengapa di diary pertamaku sewaktu SMP aku menuliskan “Allah suatu hari nanti ku ingin menjadi bagian dari wanita syurga itu, anggun dengan jilbab yang menjuntai”. Akupun semakin cinta dengannya terutama dengan cara mengajarnya, matematika yang konon adalah pelajaran yang menakutkan ia sulap menjadi pelajaran yang menyenangkan karena selalu ada kejutan-kejutan kecil penyemangat diri, lewat game-game islami, reward dan motivasi yang ia berikan. Pernah ia mengajarkan kami sebuah lagu, Liriknya seperti ini:
when your sad, when your blue
when your really really blue
don’t forget to remember Allah 2x
He will give you all happiness
When your happy, when your glad
when your really really glad
don’t forget to thanks to Allah 2x
He will give you all happiness
Sayang pertemuanku hanya satu tahun dengannya, karena beliau mengundurkan diri dengan alasan ingin merawat ayahnya, Subhanallah bangetkan? :’). Aku hanya bisa menatap kepergiannya di lantai dua bangunan sekolahku, menatap punggungnya yang menjauh dan akhirnya menghilang dan aku benar-benar kehilangan sosoknya.
Usai SMP alhamdulillah sewaktu SMA ku temukan kembali sosoknya lewat seorang kakak yang menjadi panita PKTM I (Pelatihan Kader Taruna Melati) yang di dakan oleh PR. IRM Muhammadiyah di tempatku menempuh jenjang SMA, namanya kak Wiwik mirip banget cara berpakaian, bicara dan gerak lakunya dengan beliau. Pada saat itulah aku mulai memantapkan diri belajar menutup aurat, sayang PKTM I itu waktunya hanya seminggu dan follow-upnya hanya 1 tahun, lalu kembali ku kehilangan sosok itu. Lingkungan bergaul yang tak mengajarkanku bagaimana cara istiqomah membuat kebulatan tekadku goyah. Akhirnya, di kelas 3 aku mulai meninggalkan jilbab dan rokku, kembali dengan jeans dan kaos oblong.
Seusai SMA aku melanjutkan kuliah di USU, pun yang menjadi pilihan pertamaku adalah Matematika alasannya adalah karena aku terlanjur cinta dengan segala hal yang terkait dengan “dia” dan pilihan keduaku Biologi. Alhamdulillah aku diterima pada pilihan pertama, pilihan yang telah mempertemukanku dengan 5 sekawan yang pribadinya tak jauh beda dengan sosok guruku itu dan ternyata mereka juga kader PKS. Beliau kakak kelasku dan salah satunya adalah pementorku di kampus. Di kampuslah aku mengenal mentoring, mengulang jejak cinta PKTM I yang sempat hilang dari ingatan melalui kegiatan TPI I (Training Pemahaman Islam 1) tepat awal ramadhan 2007.
Disinilah kutemukan muara kerinduan itu, basah mataku di detik akhir kegiatan ini. Lewat lantunan do’a penutup yang disampaikan oleh seorang ikhwah ku bulatkan tekad bahwa ba’da acara ini akan ada perbaikan yang ku lakukan.

Sejak saat itu ku mulai belajar meninggalkan jeans dan kaos oblongku, belajar kembali memakai rokku, menjulurkan kerudungku sedikit demi sedikit, dan melonggarkan pakaian yang melekat di tubuhku. Dan akhirnya kuperoleh kebebasan dan kemenangan jiwa. Inilah awal kemerdekaanku, awal aku memproklamirkan jati diriku, menata kembali nurani untuk terbebas dari segala tiran dunia. Ini adalah subtansi yang tak akan sempurna tanpa implementasi, aku sadar dalam keseharian seorang muslimah harus memiliki identitas… idul fitri 6 tahun lalu aku menjadi pribadi yang baru, pribadi yang lebih baik hingga saat ini.
Dan Terimakasih kuucapkan kepadamu kader PKS yang menginspirasiku untuk berkehidupan islami, disadari atau tidak da’wah PKS telah menyentuh jiwaku, lewat senyum dan tutur kata yang lemah lembut mereka telah berhasil memikat hatiku, membuatku larut dalam lautan syukur yang tak terhingga, atas sebuah pertemuan, dan untuk sebuah ikatan yang kini berhasil mebuatku terperangkap dalam lembah kebajikan. Lembah yang telah mengajarkanku tentang arti kehidupan, makna kebersamaan, dan wujud pengorbanan, menghantarkanku pada sebuah prosesi hidup yang begitu nikmat dilalui.…

Ruang Inspirasiku

Medan, 14 April 2013

Aliya Zahra
@ArniSmart on twitter  via  @pkspiyungan