Minggu, 21 Juli 2013

Pengamat: KPK Memang Berlebihan Pada Kasus PKS Dan Dibuat Tak Berdaya

Pengamat partai politik dari Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC) Yogyakarta menilai ada upaya pembumihangusan Partai Keadilan Sejahtera PKS) oleh pihak-pihak tertentu.Terlihat dari adanya gerakan-gerakan yang selalu menyudutkan PKS sampai ke akar-akarnya.

“Saya menilai langkah KPK terlalu berlebihan pada kasus PKS, seakan PKS dibikin tidak berdaya. Padahal kasus Century dan Hambalang KPK tidak begitu ngotot dan seakan menjual kasus ini, sedang kasus PKS seakan dibuat sedemikian rupa agar terus menjadi isu yang hangat sampai pemilu mendatang. Sepertinya ada upaya membuat PKS hancur lebur ditahun 2013 dan bahkan 2014 sehingga diharapkan PKS tidak mampu ikut pemilu 2014”.

Menurut Bambang, banyak pihak yang agak terusik dengan kehadiran PKS sebagai gerakan Tarbiyah, sebenarnya bukan hanya berasal dari lawan politik tapi juga dari gerakan ideologis.

"PKS kan sebagai pewaris syah Ikhwanul Muslimin, sedangkan IM sangat dikenal menentang beberapa kebijakan ideologis tertentu, nah kasus suap impor ini dijadikan senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan PKS.” Jelas Bambang Arianto.

“Saya juga menilai banyak media yang memanfaatkan kesempatan ini agar PKS bisa tidak ikut dalam kontestasi pemilu 2014. Bahkan isu pembubaran PKS sangat kuat sekali, saya merasakan sendiri di beberapa diskusi yang saya ikuti dengan dalih kasus suap memang diupayakan agar PKS dapat dibubarkan. Bila dibubarkan otomatis kan tenaga partai ini akan habis dan otomatis tidak bisa mewarnai politik tanah air.”

“Apalagi isu diskriminasi masalah “kelamin” selalu saja menjadi isu utama yang paling sering dijadikan senjata pamungkas bagi menurunkan kewibaan PKS dimata rakyat. Saya akui bahwa saat ini keadilan belum berpihak pada Partai Keadilan Sejahtera”

“Saya berharap kader-kader PKS, untuk dapat menahan diri tidak begitu terpancing emosi, dan sebaiknya juru bicara PKS seperti Mardani Ali Sera, jangan seperti pernyataan Bang Fahri Hamzah mengundang rakyat semakin anti pati loh. Apalagi kuatnya pemberitaan media sehingga peryataan yang sedikit saja keliru dapat dijadikan sisu publik.” Jelas Bambang Arianto.[cs/suaranews]