Pengamat
partai politik dari Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC)
Yogyakarta menilai ada upaya pembumihangusan Partai Keadilan Sejahtera
PKS) oleh pihak-pihak tertentu.Terlihat dari adanya gerakan-gerakan yang
selalu menyudutkan PKS sampai ke akar-akarnya.
“Saya menilai
langkah KPK terlalu berlebihan pada kasus PKS, seakan PKS dibikin tidak
berdaya. Padahal kasus Century dan Hambalang KPK tidak begitu ngotot dan
seakan menjual kasus ini, sedang kasus PKS seakan dibuat sedemikian
rupa agar terus menjadi isu yang hangat sampai pemilu mendatang.
Sepertinya ada upaya membuat PKS hancur lebur ditahun 2013 dan bahkan
2014 sehingga diharapkan PKS tidak mampu ikut pemilu 2014”.
Menurut
Bambang, banyak pihak yang agak terusik dengan kehadiran PKS sebagai
gerakan Tarbiyah, sebenarnya bukan hanya berasal dari lawan politik tapi
juga dari gerakan ideologis.
"PKS kan sebagai pewaris syah
Ikhwanul Muslimin, sedangkan IM sangat dikenal menentang beberapa
kebijakan ideologis tertentu, nah kasus suap impor ini dijadikan senjata
yang paling ampuh untuk menghancurkan PKS.” Jelas Bambang Arianto.
“Saya
juga menilai banyak media yang memanfaatkan kesempatan ini agar PKS
bisa tidak ikut dalam kontestasi pemilu 2014. Bahkan isu pembubaran PKS
sangat kuat sekali, saya merasakan sendiri di beberapa diskusi yang saya
ikuti dengan dalih kasus suap memang diupayakan agar PKS dapat
dibubarkan. Bila dibubarkan otomatis kan tenaga partai ini akan habis
dan otomatis tidak bisa mewarnai politik tanah air.”
“Apalagi isu
diskriminasi masalah “kelamin” selalu saja menjadi isu utama yang
paling sering dijadikan senjata pamungkas bagi menurunkan kewibaan PKS
dimata rakyat. Saya akui bahwa saat ini keadilan belum berpihak pada
Partai Keadilan Sejahtera”
“Saya berharap kader-kader PKS, untuk
dapat menahan diri tidak begitu terpancing emosi, dan sebaiknya juru
bicara PKS seperti Mardani Ali Sera, jangan seperti pernyataan Bang
Fahri Hamzah mengundang rakyat semakin anti pati loh. Apalagi kuatnya
pemberitaan media sehingga peryataan yang sedikit saja keliru dapat
dijadikan sisu publik.” Jelas Bambang Arianto.[cs/suaranews]