Selasa, 30 Juli 2013

Krisis Politik Mesir Dalam Perspektif AS


Kemungkinan   besar  negara yang dalam kesulitan dalam memandang krisis politik Mesir  adalah  Amerika Serikat,sehingga  sampai sekarang Paman Sam belum menetukan sikap politiknya terhadap Pemerintah transisi bentukan Junta Militer Mesir.  AS sedang mengamati secara saksama terkait penggulingan Presiden Muhammad Mursi ,apakah  hal itu termasuk dalam kategori kudeta atau bukan.

Dalam konteks inilah Presiden Barack Obama menginginkan supaya bantuan militer kepada Mesir di tangguhkan seiring menyerukan pemebebasan para elite FJP sayap politik Ikhwaanul Muslimin ,pemenanag peilu tahun 2011 yang mengusung Muhaamad Mursi sebagai Presiden yang digulingkan Rabu 3 Juli 2013. lalu Wakil Menlu AS,William Burn mengunjungi Mesir untuk menyampaikan sikap AS kepada Presiden  sementara Adly Mansour.

Dalam pertemuan tersebut William Burn mendesak rejim transisi Mesir supaya membebaskan para tahanan yang terdiri dari  elite politik FJP termasuk  Presiden terguling Muhammad Mursi,dan AS mengingat Mesir  agar semua kekuatan politik harus dikut sertakan dalam proses demokratisasi Mesir. Dan Amerika serikat(AS)juga mendesak rejim transisi supaya secepatnya menyerahaakan kekuasaan kepada sipil secara demokratis.

Terkait masalah itu Jenderal Abdul Fattah El Sisi selaku pimpinan Junta militer  sambil berkelit dari desakan AS,juga   terus berupaya untuk mengkriminalisasi “pembunuhan karakter”terhadap para pimpinan Ikhwanul Muslimin  dengan harapan jikapun ikut dalam pemilu nanti diperkirakan akan berkurang dukungan rakyat Mesir.Peluang tersebut bisa dimamfaatkan oleh kelompok oposisi dari  Liberalis sekuler untuk membentuk pemerintahan koalisi.,dan peluang itu semakin besar jika akhirnya Junta berhasil mengkriminalisasi Ikhwanul Muslimin.

Gedung Putih sesungguhnya kurang menyukai  Ikhwanul Muslimin karenanya AS mendukung rejim diktator Husni Mubaraq dalam menyingkir  Ikhwanul uslimin dalam politik praktis,tetapi sekarang AS dihadapkan dalam kesulitan terkait  krisis politik  Mesir.AS  yang menganggap dirinya sebagai pelopor demokrasi senang enggak senang  harus mengakui eksistensi Ikhwanul Muslimin sebagaimana   juga Eropean Unity(EU) dan lainnya. Sementara   kubu  liberalis sekuler yang sangat disenangi AS sangat lemah di Mesir,karenanya  Gedung Putih masih dalam keragu-raguan.

Menlu AS John Kerry mengutuk keras terhadap kebiadaban militer yang menewaskan  ratusan dan melukai ribuan lainnya ,yang kebanyakannya berasal dari kubu Mursi.Kutukan John Kerry terhadap kekerasan yang dilakukan miiter itu dan kunjungan Wakil Menlu Wiiliam Burn bertemu dengan  Presiden sementara Adly Mansour mengindikasikan kesulitan AS  dalam mengambil sikap terhadap krisis Mesir.

Oleh : Muhammad Nurdin @kompasiana.com