Kamis, 16 Mei 2013

Taujih Ust. Luthfi saat menerima pengurus DPD PKS Kab. Bekasi

Ustadz Luthfi menyambut kami dengan ramah, senyum khasnya mengembang, tak jauh beda dengan yang sering terlihat di layar kaca. Peluk hangat terjadi. Bagai mimpi saya bisa menyentuh kulit dan tubuhnya bahkan memeluknya. Tubuh yang pada tanggal 30 Januari malam digelandang oleh penyidik KPK, seperti barang tak berharga. Ada rasa haru yang tertahankan, ingin rasanya pelukan itu tak cepat berlalu.

Memeluk tubuh seorang qiyadah yang tengah ditimpa ujian dari sebuah masalah yang beliau sendiri tak mengetahuinya. Kami kemudian dipersilakan duduk di kursi merah. Dihadapan kami terhampar meja panjang yang dihiasi dengan kue dan minuman. Saat itu, kami diterima Ust. Luthfi yg didampingi istrinya di selasar salah satu ruang POM Guntur. Persis di samping kami Djoko Susilo juga sedang menerima keluarga dan pengacaranya.

Gaduhnya pemberitaan media sehingga seolah olah telah memvonis Ust. Lutfhi bersalah, sama sekali tak terlihat. Wajahnya teduh, memancarkan aura kejujuran yang tak bisa disembunyikan. Tutur katanya lembut, halus dan teratur saat menjelaskan kronologis peristiwa yang menimpanya. Tak ada emosi yang meledak kala berbicara walau beliau telah dizalimi. Tak ada wajah yang tegang, tertekan apalagi stres. Bahkan beliau masih bisa bersenda gurau saat menerima tamu lainnya di sela sela kunjungan kami. Tawanya lepas, seakan sedang tak menghadapi masalah besar.

Sungguh, saya sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Ust. Luthfi karena membuat keyakinan saya semakin menebal bahwa apa yang dialami beliau, qiyadah dan jamaah kita hari ini adalah UJIAN yang akan menguatkan tali tali ukhuwah kita yang kian melonggar. UJIAN yang akan menyadarkan kita bahwa jalan dakwah itu tak pernah mulus, selalu saja ada kerikil dan batu besar yang siap menghalangi.

Setelah menceritakan kronologi kejadian dan bagaimana pembelaan dan menceritakan siapa fatonah (semoga bagian ini ada peserta lain bisa menuliskan) beliau lanjutkan dg Pelajaran utk tarbiyah kita Setiap unsur dalam diri kita perlu mendapatkan perhatian, Jasad perlu asupan makanan yg halalan toyyiba agar bisa dicerna dan menjadi zat-zat yg diperlukan tubuh, tetapi asupan makanan tidak akan menjadi kekuatan dan menyehatkan, kalau tidak melakukan exercise dg menggerakkannya olahraga, mukhoyyam dsb.


Akal juga perlu asupan makanan yakni dengan mencari informasi, membaca buku, taklim dsb agar asupan ini bisa bermanfaat maka akal harus di exercise sebagaimana badan harus melakukan olahraga, apa exercisenya? Yakni dengan diskusi dan menyampaikan kembali informasi/pengatahuan yg didapatkan atau berdakwah. Rukhiah juga harus mendapatkan asupan yg cukup yakni dengan beribadah, kontemplasi dsb makanya ada sarana mabit dan rihlah (tapi sayang ketika mabit kita masih sering sibuk dg keypad ujar beliau sambil bercanda) rukhiah jg perlu exercise yakni dengan ujian nah apakah seseorang sdh bagus atau belum bisa dilihat apa output dari ujian yg diterimanya?

Ketika kita su'udhan maka kita akan kecewa dan tidak ada harapan bahkan cenderung menyalahkan sebagaimana iblis yg dikeluarkan dari surga menyalahkan Allah "qoola fabima ahwaitani la'akudannaka shirotokal mustakim" padahal dikeluarkanya dari surga karena perbuatan iblis sendiri. Tetapi kalau kita khusnudhan maka akan didapatkan kebaikan karena dia yakin Allah akan menggantikan dengan yg lain.

Inilah yg Allah sebutkan innaa ma al 'usri yusro maka disinilah sebenarnya ukuran kualitas kita. Kata beliau lagi dakwah ini adalah jalah yg penuh onak dan duri karenanya ketika kita tidak mendapatkan rintangan atau berjalan begitu saja maka perlu dievaluasi dg kejadian ini terbukti semua kader baru tersadarkan banyak orang yg terusik dg dakwah kita. Beliau menutup dg kalimat semoga ujian ini menjadi wasilah kemenangan besok.

Oleh : Rusdy Haryadi
           Staff Fraksi PKS
           Kab. Bekasi